Solo Travel to Malaysia and Singapore

Hai, Life Lovers!
Kali ini aku mau sedikit menceritakan (we’ll see if it’s really “sedikit”, depends on my mood while writing this down, I suppose) tentang pengalaman pertama aku jalan-jalan ke luar negeri. Masih negara Asia sih ya, tapi tetep, senengnya itu lho… Hahaha. Sebelumnya jalan-jalannya Cuma sekitar Indonesia tercinta aja, gak berani ninggalin kandang. Jadi seperti yang aku bilang, ini adalah pengalaman pertamaku.  Banyak kejutannya, banyak rintangannya, banyak ribetnya. Begitu memutuskan untuk jalan-jalan solo ke Malaysia dan Singapore, aku segera melakukan banyak online research tentang apa-apa saja yang aku perlu tau sebelum mengunjungi kedua negara tadi. Landmarks, basic rules, the people, belajar sedikit bahasa Malay yang ujung-ujungnya gak kepake karena referensinya banyakan dari nonton Upin-Ipin (What??). Jadi riset ini penting banget yah. Firstly, ini pertama kali aku keluar. Secondly, aku kali ini solo trip which means I was gonna have to figure everything out myself. Setelah baca beberapa tentang Malaysia,  aku bertekad bahwa aku bisa. Tapi gak dengan Singapore, berdasarkan blog-blog yang aku baca sepertinya mengunjungi negara imut nan rapi ini agak ribet (later on I found out that it was almost true).
Jadi tujuan aku nulis cerita trip aku kali ini adalah, aku yakin di luar sana ada yang juga pertama kali mau mengunjungi  Malaysia ataupun Singapore. Semoga dengan tulisan ini, dengan pengalaman yang cuma seuprit ini, kalian yang sedang searching info bisa terbantu.

Imigrasi Malaysia
Begitu turun pesawat aku langsung cari help desk (bingung karena gak ngeliat ada tulisan “imigrasi” atau local people nyebutnya “imigresen”. Petugas di sana bilang kantor imigrasinya tepat di belakang keretanya. Aku tambah bingung, yang aku mau tau adalah how to get there dan dia Cuma bilang di belakang. Belakang? What? Sumpah. Bingung. Belakangan baru ngerti setelah nanya lagi sama cewek yang kayanya sih kerja di bandara itu juga karena ada IDnya. Apparently, karena bandaranya yang lumayan gede jadi untuk ke arrival gate dan konter imigrasi kita mesti naik kereta dulu. Awalnya agak ragu, nih kereta beneran ke sana gak ya, tapi aku mutusin buat naik aja. Keretanya nyaman banget yah, mesti berdiri sih ya, tapi tetep sangat nyaman. Saking sibuk klak-klik hape, luggage aku menggelinding. Jadi buat kamu yg bawa luggage, make sure to hold on to your luggage ya. Gak lucu kan kalo koper kamu lari di dalam kereta.
Akhirnya setelah beberapa menit, kita turun dan iya, emang nyampenya ke counter imigrasi, arrival gate, dan tempat klaim bagasi.
Setelah muter-muter ngikutin penunjuk arah, counter imigrasinya akirnya ketemu. Duh di sana ngantrinya lama. Tapi bisa jadi karena aku saat itu nyampenya sore ya, iadi immigration counternya penuh semua. Ngantrinya sampai hampir 1,5 jam. Setelah akhirnya dapet stempel aku boleh masuk Malaysia, aku tersenyum lebar. Katrok banget yah. Jadi senyumnya itu karena akhirnya passportku kepake. Terharu sekaligus seneng.

Airport Bus Counter
Tujuanku berikutnya adalah Kota Tinggi di Johor. Muter-muter nyari konter tiket bus, lama, capek, akhirnya ketemu juga setelah dianterin sama orang baik yang kerja di sana. Ternyata bus dari bandara ke Kota Tinggi gak ada, yang ada adalah ke Larkin di Johor Bahru (lebih jauh dari Kota Tinggi). Jadi aku diarahkan untuk pergi ke TBS (Terminal Bersepadu Selatan), terminal bus di Kuala Lumpur. Di sana kita bisa dapat bus dengan jurusan mana saja. Dari bandara ke TBS aku bayar tiket RM 11. Oya aku nukar uang dari IDR  ke MYR di Indonesia, di konter money changer di daerah aku. Bukan di bandara (di bandara nilainya jadi jauh lebih kecil, jadi lebih baik nukar di luar yah). Mau ngabarin ke rumah (dan baca: pacar), aku gak dapet internet. Simcardku gak berfungsi lagi, paket internetnya useless. Wifi di bandara gak bisa connect, alhasil aku mesti minta tolong sesama penumpang bus untuk share internet dari hapenya. (Duile sebenarnya malu ya. Tapi aku belum ada local number, jadi ya sudah). Tapi sebenarnya kamu bisa beli local number atau sewa gitu di airport, tapi aku gak merasa perlu saat itu.

Sampai di TBS aku terkesima dong ya. Terminalnya oke banget. Udah ngalahin nyamannya bandara di daerahku. Lots of food courts, lots of choices, counter girls/boys mereka benar-benar helpful dan ada banyak counter pula. Gak perlu ribet dan bejubel ngantri di satu tempat. 
Dan singkat cerita, akhirnya aku dapet tiket ke Kota Tinggi dengan membayar RM 35 (busnya namanya Mayang Sari boook). Info dari abang konternya, perjalanan ke sana akan ditempuh dalam waktu 5 jam. (Duh! Lama amat) Tapi ternyata perjalanannya gak semenyebalkan yang aku kira. Lama sih iya, tapi kursinya empuk bisa direbahin pula sampai posisi nyaman buat tidur.
Bus dengan jarak tempuh jauh dijadwalkan untuk berhenti paling tidak sebanyak 1 kali untuk memberikan penumpang waktu untuk ke toilet (biasanya berhenti di pom bensin walaupun bus tidak sedang refill bensin ya). Tentang playlist di bus, tebak apa? Kamu mungkin menganggap lagu-lagu legend Malaysia (atau Western songs) yang bakal diputer, tapi ternyata enggak. Selama aku dalam perjalanan yang diputar adalah lagu-lagu pop Indonesia baik jaman dulu maupun sekarang hingga lagu-lagu religious Indonesia (dari punyanya Ungu, Opick, Wali, dan banyak lagi).



Ini gambar nyomot di web orang as I forgot to take pictures. Gambar2 yang lain di postingan ini juga sama nyomot di web orang).






Ok, enough about the bus and its excellencies. Setelah beberapa ronde bangun-tidur-bangun-tidur-bangun, akhirnya aku sampai juga di tujuan. Terminal bus Kota Tinggi layaknya terminal bus yang biasa kita temui di Indonesia (toilet gak bisa dibilang bersih atau nyaman, orang-orang masih ngelirik kalo kamu pakai baju pendek, dan gak terlalu sibuk, mungkin karena udah malem banget kali ya. Entahlah).
Kota Tinggi
Tentang kota ini, aku harus bilang gak banyak yang bisa dilihat di sini. Kotanya relatif tua dan masih lebih konservatif dibanding kota-kota lain di Malaysia. Selain itu, untuk ke mana-mana agak susah kalau mau ngandelin app kayak Grab. Well, taksi onlinenya sih ada tapi dapetnya susah. pengalamanku, aku sehari keliling ke beberapa tempat nemunya satu mobil itu aja. Sampai akhirnya saling ngetawain sama sopirnya.
Untuk taksi offline ada banyak. Yang aku agak heran, taksi di kota ini mobilnya tua-tua banget. Berasa kayak lagi main film lama Amerika atau Eropa gitu. Sopirnya juga hampir semua udah berumur and most of them don’t speak English. Dan karena penggunaan bahasa Indonensia kadang menimbulkan kebingungan, kamu mesti sedikit-sedikit nambahin kata-kata yang agak Melayu. It would be more helpful for them to understand you.
Dari segi culinary, buat orang kayak aku yang selera makanannya yang asli polos banget, gak terlalu banyak bumbu, agak sulit untuk makan di sini. Banyak restoran India dan Pakistan, dan duh makanan mereka relative kaya bumbu dan so very oily. But you know what, I tried them anyway. Haaahaha.. Kemudian aku lanjut ke KIP Mart di Kota Tinggi. Di pasar ini walaupun namanya pasar tradisional tapi bersih banget dong ya. Belanjanya juga jadi nyaman. Di sini kamu bisa nemu mulai dari bumbu masak, berbagai jenis ikan, daging sapi, street food, sayuran, buah, pakaian, restoran, sampai elektronik. Untuk buah, aku highlight ya, ada durian. Ini gak tau murahnya karena lagi musim atau gimana, tapi dengan hanya RM 10 aku dapet tiga durian yang lumayan besar. Di daerahku harga segitu belum tentu dapet satu. Kalopun dapet, dapetnya yang keciiill. Huhuhu..
Sebelum aku keluar dari Kota Tinggi, aku berencana untuk mengunjungi museumnya. Actually I did go there, tapi sayangnya gak buka karena sedang renovasi. Nomor telpon yang aku dapet dari website mereka pun tidak aktif, maksain diri ke sana untung-untungan gitu eh ternyata tutup.  Sabaaarr..

Akhirnya, malemnya aku mulai cari-cari referensi untuk melanjutkan perjalananku ke negara seberang Malaysia. Yup bener, Singapore. Aku mulai browsing internet ngumpulin info yang aku butuhin, mulai dari biaya sampai hal-hal kecil kayak aku mesti beli tiket di mana. Nanya-nanya di grup Facebook local Malaysia-Singapore dan dapet beberapa pencerahan. Sempat bimbang karena sepertinya susah sekali untuk masuk Singapore (berdasarkan sharing di blog orang-orang yang pernah ke sana), tapi keesokan harinya aku bangun lebih pagi, mandi, dan tanpa pikir panjang langsung ke terminal bus.
“I am going to Singapore.” (Read the next post)

(Also available on my new blog https://www.ladyjosman.com/. Feel free to check it out, guys!)

No comments:

Post a Comment

FEATURED POST

Review EverWhite Hi Collagen

(Also available on my new blog:  https://www.ladyjosman.com/ ) Ini review beauty product pertama aku ya di blog ini. I am both e...

POPULAR POSTS